Selasa, 21 Desember 2010

Intervensi pada Lansia

I.         Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah terwujud berbagai hasil yang positif di berbagai bidang. Kemajuan ekonomi; perbaikan lingkungan hidup; kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ), terutama di bidang medis dan keperawatan dapat meningkatannya usia harapan hidup. Akibatnya, jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat. Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Commite on Health of the Erderly, menjelang tahun 2000 kurang lebih dua di antara tiga orang dari 600 juta orang lansia berada di negara berkembangan. Indonesia diperkirakan akan beranjak dari peringkat ke- 10 menjadi peringkat ke- 6 pada tahun 2020. Makin panjangnya usia harapan hidup seseorang disamping sebagai suatu kebanggaan, namun di pihak lain juga merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat sedikit masalah yang bisa timbul akibat penuaan. Hal yang lebih ironis adalah keadaan ini belum belum didukung oleh adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi lansia.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupanya, yaitu: masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduruan fisik ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan menjadi lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitiv emosional menigkat, dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, lansia harus senantiasa sehat, dalam hal ini sehat diartikan sebagai berikut.
1.       Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.
2.       Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3.       Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri.

II.       Interensi Keperawatan Khusus pada Lansia
Perencanaan keparawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan pada lansia disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup: (1) perumusan tujuan; (2) rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan; dan (3) kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan. Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan untuk membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis, dan sosial dengan tidak bergantung pada orang lain, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia. Berikut ini adalah hal-hal yang termasuk kebutuhan dasar lansia.
1.       Pemmenuhan kebutuhan nutrisi.
2.       Meningkatkan keamanan dan keselamatan.
3.       Memelihara kebersihan diri.
4.       Memelihara keseimbangan istrahat atau tidur.
5.       Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Lansia
1.         Peran pemenuhan gizi pada lansia untuk mempertahankan kesehatan, kebugaran, dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif, sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
2.         Penyebab yang sering dihadapi lansia adalah penurunan indra penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna , rasa kurang nyaman saat makan karena gigi kurang lengkap, rasa penuh di perut, dan sulit buang air bersih karena melemahnya otot lambung dan usus, sehingga nafsu makan berkurang.
3.         Masalah gizi yang sering timbul pada lansia diantaranya gizi berlebih, gizi kurang, kekurangan vitamin, atau sebaliknya kelebihan viitamin.
4.         Berikut ini adalah kebutuhan nutrisi pada lansia.
a.       Kalori. Kebutuhan kalori pada pria sebanyak 2.100 kalori dan pada wanita 1.700 kalori, hal ini dapat dimodifikasi bergantung kepada keadaan lansia. Misalnya pada lansia gemuk, kurus, atau keduanya yang disertai dengan penyakit diabetes melitus kebutuhan kalorinya akan berbeda.
b.       Karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat sebanyak 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
c.       Lemak. Lemak yang berlebihan tidak dianjurkan karena dapat menghambat pencernaan dan menimbulkan berbagai penyakit. Kebutuhan lemak sekitar 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
d.       Protein. Protein dibutuhkan lansia untuk mengganti sel-sel yang rusak. Jumlah kebutuhan protein pada lansia sebesar 20-50% dari total kalori yang dibutuhkan.
e.       Vitamin, mineral, dan air. Kebutuhan vitamin dan mineral pada lansia sama dengan kebutuhan pada usia muda, sedangkan jumlah air yang dibutuhkan lansia sebanyak 6-8 gelas per hari.
Berikut ini adalah cara membuat perencanaan makana pada lansia.
a.       Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b.       Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
c.       Berikan makanan yang mengandung serat.
d.       Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori (gula, makanan manis, minyak, dan makanan berlemak).
e.       Membatasi minum kopi dan teh.
Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan pada Lansia
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan keselamatan dan keamanan pada lansia.
1.       Penyebab kecelakaan
Kecelakaan sering terjadi akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran karena fleksibilitas kaki mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan penlihatan, lantai licin dan tidak rata, lingkungan yang kurang aman seperti tangga tidak ada pengaman, serta tempat tidur yang mudah bergerak.
Berikit ini adalah intervensi untuk mencegah resiko kecelakaan pada lansia.
a.       Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
b.       Latih untuk mobilisasi dengan cara pindah dari tempat tidur satu ke kursi atau yang lain.
c.       Bila mengalami masalah fisik misalnya klien reumatik, latih klien menggunakan alat bantu berjalan.
d.       Bantu klien berjalan ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang atau diuretik.
e.       Biasakan untuk menggunakan pengaman tempat tidur, jika sedang tidur.
f.        Menggunakan kacamata jika berjalan atau melakukan aktivitas lain.
g.       Usahakan ada yang menemani bila bepergian.
2.       Lingkungan
a.       Tempatkan klien di ruang khusus dekat dengan ruangan kantor sehingga mudah di observasi.
b.       Meletakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
c.       Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
d.       Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia dapat menepatkan alat-alat yang selalu digunakan.
e.       Upayakan lantai bersih, rata, dan tidak licin/basah.
f.        Peralatan yang menggunakan roda dikunci.
g.       Pasang pengaman di kamar mandi atau beri pegangan.
h.       Hindari lampu yang redup dan menyilaukan (sebaiknya lampu 70-100 Watt).
i.         Jika pindah dari ruang terang ke ruang gelap, ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
j.         Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.
k.       Gunakan perabotan yang penting-pentingsaja di ruang lansia.
3.       Kebersihan Diri
a.       Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah karena penurunan daya ingat, kurangnya motivasi, kebiasaan di usia muda, kelemahan, dan ketidakmampuan fisik.
b.       Kecenderungan kebutuhan cairan dan elektrolit yang berkurang sehingga menyebabkan produksi keringat berkurang, kulit lansia bersisik, dan kering.
c.       Berikut ini intervensi yang dilakukan untuk membantu lansia melakukan upaya kebersihan diri.
·         Mengingat atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
·         Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan pelembab kulit.
·         Mengingatkan lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku klien secara teratur.
4.       Pemenuhan Kebutuhan Istrahat dan Tidur
a.       Masalah yang sering terjadi adalah gangguan tidur.
b.       Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut.
·      Menyediakan tempat atau waktu yang nyaman untuk tidur.
·      Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
·      Melatih lansia melakukan latihan fisik yang ringan seperti berkebun, berjalan dan lain-lain untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot.
·      Memberikan minum hangat sebelum tidur seperti susu hangat.
5.       Meningkatkan Hubungan Personal dan Komunikasi
a.       Masalah yang sering digunakan adalah penurunan daya ingat, pikun, depresi, mudah marah dan tersinggung, serta curiga. Hal ini dapat terjadi karena hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
b.     Berikut ini upaya yand dapat dilakukan perawat untuk meningkatkan hubungan personal dan komunikasi dengan lansia.
·      Ada kontak mati ketika berkomunikasi.
·      Memberikan stimulasi/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
·      Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia.
·      Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan terhadap respons nonverbal lansia.
·      Menghargai pendapat lansia.
·      Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar